Sariagri - Rasa cintanya kepada sang buah hati membukakan jalan bagi pria ini untuk mendapat peluang baru dalam dunia usaha peternakan. Berawal dari sang anak yang ingin memiliki hewan peliharaan kelinci, ia pun membudidayakan dan mengolahnya hingga menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Wawan seorang pegawai swasta asal Klaten, Jawa Tengah ini menceritakan awal mula dia beternak kelinci yang dibelinya di pasar. Kemudian kelinci tersebut beranak pinak dan mulai dilirik konsumen.
“Ternak kelinci bermula dari anak saya yang kecil pengen punya kelinci, karena setiap saat lewat pasar ada yang jualan kelinci, dari satu pasang berkembang biak dan beranak lima ekor. Seiring berjalannya waktu ada temen yang berminat membeli anakan, dari situ kami memutuskan untuk lebih serius, kalau tidak salah mulai bulan April 2020,” ujarnya melalui keterangan tertulis kepada Sariagri, Rabu (15/12/2021).
Wawan menjelaskan bahwa saat fokus untuk ternak kelinci, dia pun membeli kandang sebanyak 12 plong serta sarana dan prasarana untuk ternak, seperti tempat makan dan nipel untuk minum, kemudian dia juga membeli indukan kelinci untuk diternakan.
“Semula kita beli kandang 12 plong dari bahan galvanis seharga Rp2,3 juta (gerabah tempat makan 12 pcs dan nipel minum 12 pcs). Nambah kelinci jenis REX 2 betina 1 jantan (Rp750 ribu), dan tambah lagi sepasang jenis NZ (Rp750 ribu) jadi semua Rp3,8 juta,” jelasnya.
Dikatakan Wawan bahwa jenis kelinci yang diternakannya antara lain jenis REX, NZ, dan Bligon, yang didominasi dengan jenis kelinci pedaging. Dia menyebutkan siklus perkembangbiakkan kelinci begitu cepat, di mana dalam waktu 60 hari sudah dapat melahirkan anak dengan masa kehamilan 30 hari.
“Di masa pandemi dan PPKM ini permintaan kelinci banyak sekali berkurang, karena banyak warung dan rumah makan kelinci yang tutup,” terangnya.
Wawan mengungkapkan bahwa kelinci sudah dapat dijual ketika menginjak usia kurang lebih 45 hari. Menurutnya, harga jualnya juga relatif berbeda sesuai dengan jenisnya. Selain menjual kelinci, Wawan diketahui juga menjual urin kelinci sebagai produk sampingnya, yang digunakan menjadi pupuk organik untuk para petani.
“Kalau sapihan umur kurang lebih 45 hari rata-rata Rp30 ribu per ekor. Omset dari jual kelinci dan urin kelinci kurang lebih Rp3,5 juta per bulan. Untuk urin kelinci kami dengan kelompok peternak mengembangkan pupuk organik cair yang dijual ke kelompok tani, yang bahan utamanya dari urin kelinci,” pungkasnya.
Video terkait:
http://dlvr.it/SFP4nR
http://dlvr.it/SFP4nR