Sariagri - Sulitnya mendapatkan bahan pakan untuk ternak burung murainya, membuat pria ini punya inisiatif menciptakan pakan sendiri yaitu dengan beternak jangkrik. Namun, tak disangka inisiatifnya tersebut malah menambah pundi-pundi rupiah.
Adi milenial asal Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Tuban, Jawa Timur ini menceritakan bahwa ternak jangkrik yang dimulai sejak tahun 2019 mendapat respon positif dari kalangan peternak murai. Dari situ dia pun mulai serius menekuni usaha barunya tersebut.
“Saya mulai ternak jangkrik tahun 2019, berawal dari ternak burung murai yang agak sulit mencari pakan utamanya, jangkrik. Waktu itu akhirnya punya niat budidaya jangkrik dan di support teman-teman peternak murai lainnya, akhirnya niat saya semakin kuat,” ujar Adi kepada Sariagri, Jumat (17/12).
Adi mengungkapkan bahwa saat memulai budi daya jangkriknya tersebut, modal awal yang dikeluarkannya sebesar Rp5 juta. Dari modal tersebut, lanjut dia, didapatkan delapan boks kayu yang digunakan untuk budidaya jangkrik itu sendiri.
“Saya waktu itu mengeluarkan biaya nggak banyak, perkiraan cuma Rp5 jutaan karena itu belum seperti saat ini dulu cuma bikin bok delapan kotak,” ungkapnya.
Sementara itu, Adi turut menjelaskan bahwa dalam budidaya jangkrik aspek penting yang harus diperhatikan adalah suhu. Menurutnya, perkembangan jangkrik akan lebih sempurna ketika mendapatkan suhu berkisar antara 28-29 derajat Celsius.
“Yang perlu diperhatikan dalam ternak jangkrik itu faktor musim, karena jangkrik di suhu terlalu panas kurang bagus untuk pertumbuhan, di suhu dingin juga kurang bagus untuk pertumbuhan jangkrik. Suhu harus stabil kisaran 28-29 derajat Celsius untuk hasil maksimal,” jelasnya.
Adi mengatakan, jangkrik sudah bisa dipanen ketika menginjak usia satu bulan terhitung sejak dia menetas. Dia menyebutkan bahwa saat ini jenis jangkrik yang banyak dicari konsumen adalah jangkrik alam.
“Usia pada jangkrik kami panen kisaran umur satu bulan, dan yang dicari konsumen saat ini adalah yang jenis jangkrik alam,” sebutnya.
Lebih lanjut Adi menyatakan bahwa hasil panen jangkriknya saat ini hanya cukup melayani para peternak burung di sekitar wilayahnya saja. Di mana dalam sehari, lanjutnya, dia mampu menjual jangkrik sebanyak 30 kilogram dengan harga Rp45 ribu per kilogram.
“Untuk saat ini kami melayani lokalan perternak burung saja perhari kisaran 30 kilo dengan harga per kilo Rp45 ribu. Omzet yang kami dapat per hari kisaran kurang lebih Rp1.350.000,” katanya.
Jika dihitung secara mendalam Adi mampu meraup omzet Rp40.500.000 dalam satu bulan. Tentunya omzet tersebut perlu dibagi lagi dengan biaya ternak dan lain sebagainya.
Adi mengatakan bahwa prospek budi daya jangkrik cukup menjanjikan. Dia mengatakan saat ini peternak burung sudah semakin menggeliat, khususnya peternak burung murai batu yang mana membutuhkan jangkrik sebagai pakan utama.
“Untuk prospek ke depan jangkrik sangat bagus, karena peternak burung semakin banyak khususnya burung murai batu, di mana makanan pokoknya jangkrik,” pungkasnya.
Video terkait:
http://dlvr.it/SFXNSW
http://dlvr.it/SFXNSW