Sariagri - Sebagian besar wilayah di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang tersapu Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru. Dari total 10 dusun yang ada, 9 diantaranya mengalami kerusakan alam paling parah akibat diterjang lahar dingin. Yakni Dusun Sumberwuluh Tengah, Sukosari, Kebonagung, Kamar Kajang, Kebondeli Utara, Poncosumo, Kajar Kuning dan Kampung Baru.
Sedangkan 1 dusun terpapar paling ringan yakni Dusun Kebondeli Selatan yang mata pencarian penduduknya bertani jagung. Puluhan hektar lahan jagung di wilayah ini rusak akibat diterjang lahar.
Salah satunya lahan jagung milik Matrawi (39 tahun), petani Dusun Kebodeli Selatan yang rusak sebagian dan nyaris mengalami gagal panen. Kondisi tersebut membuat separuh lebih dari area tanaman jagung seluas setengah hektar miliknya rusak. Batang jagung banyak yang roboh dan terbakar mati.
Sementara jagung yang selamat, tidak bisa tumbuh maksimal. Ukuran buahnya kecil sehingga hasil panen merosot tajam. Matrawi mengaku panen kali ini merugi cukup besar.
“Tanaman jagung saya banyak yang mati, daun dan batangnya seperti terbakar, demikian pula dengan akarnya mati. Hampir separuh lebih ambruk. Memang belum waktunya panen, tapi jika dibiarkan yang selamat juga tidak bisa tumbuh normal. Ukuran jagungnya banyak yang kerdil tidak seperti panen sebelumnya. Jelas saya merugi banyak ini, “ keluh petani jagung, Matrawi kepada Sariagri, Kamis (16/12/2021).
Kerugian yang harus ditanggungnya diperparah dengan anjloknya harga jual jagung. Dari sebelumnya saat normal Rp 6.500 per kilogram, kini hanya laku tidak lebih dari Rp3.000 per kilogram (kg).
“Dijual diatas harga Rp3.000, pembelinya yang tidak mau. Karena kondisi jagung banyak yang rusak terpapar material lahar dan abu vulkanik, “ ucapnya.
Dari hasil penjualan panen seadanya ini, ia mengaku mengalami kerugian cukup besar. Karena uang yang dikeluarkan untuk bertani jagung, dibanding dengan pemasukan hasil berjualan sangat jauh dan tidak sebanding.
Terlebih harga jual jagung di tingkat petani yang terdampak erupsi gunung semeru ini berbeda dengan data yang ada dilaman Siskaperbapo Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang.
Menurut laman resmi tersebut, harga Jagung di tingkat petani mencapai Rp5.000/kg sedangkan di pasaran berada di angka Rp 6,000/kg. Perbedaan denga realitas di lapangan, dikeluhkan petani yang terdampak.
“ini betul-betul ketimpangan, table pemkab di tingkat petani harga jagung Rp5.000 per kilo namun realitasnya jatuh jauh sekali. Padahal tidak semua hasil panen mutunya turun dan sudah disortir yang kecil dan yang ukuran besar, “ imbuhnya.
Sementara itu, data Dinas Pertanian Luamajang, menyebutkan lahan pertanian tanaman pangan milik warga yang rusak akibat erupsi Gunung Semeru total sebanyak 851 hektare.
Plt Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, Donny Ananto Nilantoko mencatat terdapat tiga jenis komoditi dan infrastruktur pertanian yang mengalami kerusakan yaitu tanaman pangan hortikultura dan perkebunan di wilayah Kecamatan Candipuro dan Kecamatan Pronojiwo.
Dari tiga jenis komoditi akibat terdampak erupsi Gunung Semeru sebagai berikut:
Kecamatan Candipuro meliputi 2 Desa yakni Desa Sumberwuluh, rincian dari Tanaman Pangan (180 Ha), Hortikultura (70 Ha), dan Perkebunan (137 Ha). Sedangkan, Desa Sumbermujur, dengan rincian Tanaman Pangan (0 Ha), Hortikultura (9 Ha), Perkebunan (0 Ha).
Untuk Kecamatan Pronojiwo meliputi 3 Desa yakni Desa Supiturang, Tanaman Pangan(149 Ha), Hortikultura (86 Ha) Perkebunan (25 Ha). Sedangkan, Desa Oro-Oro Ombo Tanaman Pangan (52 Ha), Hortikultura(40 Ha), Perkebunan(0 Ha). Serta Desa Sumberurip, Tanaman Pangan(63 Ha), Hortikultura(36 Ha), Perkebunan (4 Ha).
Kemudian untuk tanaman pangan yakni (Padi, Jagung, Ubi Kayu) dan Hortikultura meliputi (Tomat, Cabai Besar, Salak, Kubis, Kapulaga,Durian). Serta Perkebunan seperti (Kopi, Tebu, Cengkeh,Kelapa).
“Total dari tiga jenis komoditi itu sekitar 800 hektare yang rusak,” terang Plt Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, Donny Ananto Nilantoko.
Video terkait:
http://dlvr.it/SFT5qt
http://dlvr.it/SFT5qt